Gua punya teman yang suka bercanda, tapi dengan muka yang
datar. Dia bisa lihat muka gua tanpa
senyum sedikitpun dan bilang “gua habis bunuh orang. yuk bantu gua buang
mayatnya.”. Dan gua bakal langsung sibuk nyari karung dan sekop buat ngebantu
dia. (gua becanda guys. Tinggal gua ngga butuh karung bantu dia buang mayatnya).
Orang ini (sebut
saja Peng) tidak mengerti definisi dari bercanda. Karena kebanyakan dari kita
saat kita bohong buat bercanda, kita bakal nyengir beberapa detik setelah kita
mengatakan candaan kita. Dan setelah itu kita akan memberi tahu korban kita
bahwa kita cuma bercanda. Tapi orang ini ngga akan memberi tahu kita kalau dia
sedang bercanda. Setelah dia mengatakan candaan dia dengan muka yang datar, dia
akan langsung lanjut membicarakan hal lain seakan-akan candaan dia yang tadi
bukan bercandaan. Itu bukan bercandaan lagi tapi berbohong!
Gua bakal
ceritain tentang gimana gua percaya sama bercandaannya Peng sampai 2 tahun.
Saat kelas 1 SMK,
gua sekelas dengan Peng dan teman gua 1 lagi yang bernama Aken. Aken adalah
teman gua yang sixpacknya masih coming soon. Badannya lumayan besar waktu itu.
One day, Aken mulai absen sekolah. Awalnya gua ngga peduli, karena mungkin dia
telat bangun dan jadi malas masuk sekolah kaya biasa. Tapi setelah seminggu
ternyata dia belum balik ke sekolah. Gua mulai mencari-cari info kenapa Ken
ngga masuk sekolah, dan gua dengar dia tidak masuk ke sekolah karena dia harus
ke Malaysia untuk cabut pen di kakinya.
Bagi yang ngga
tahu, pen adalah besi yang digunakan untuk membantu menyambungkan bagian tulang
kalian yang patah. Jadi gunanya adalah menjaga tulang kalian yang patah ada di
tempat yang benar agar bisa tersambung kembali.
Waktu itu gua
ngga tahu pen itu apa. Jadi gua mencoba nanya sama Peng tentang pen.
“Peng, Emangnya
pen yang di kaki Aken itu apaan sih?”
“Itu tuh besi yang di pasang di dekat tulang betis Aken.”
“Itu tuh besi yang di pasang di dekat tulang betis Aken.”
Dalam pikiran gua
waktu itu, besi itu menjadi semacam piston di kaki Aken dan membuat dia semacam
shaolin kaki besi tanpa latihan di kuil shaolin. Gua ingat saat itu gua jadi
kepingin buat pasang pen di tangan gua supaya gua bisa punya tangan besi yang
bisa nepis semua pukulan tanpa rasa sakit. Ini adalah sebabnya gua jelasin pen
itu apa di paragraf sebelumnya karena gua ngga mau kalian punya imajinasi yang
sama dengan gua. (kayanya Cuma gua sih yang punya imajinasi kaya gitu... ._.)
Gua langsung
lanjut nanya-nanya lagi sama Peng, “Loh, emangnya kenapa dia mesti pasang pen
di kaki dia?”. Dan dengan muka datar, tanpa nyengir sedikitpun. Dia bilang
“Soalnya Aken itu terlalu banyak lemak di betisnya, tulangnya ngga kuat nahan
berat badannya. Jadi dia mesti di bantu pen supaya bisa berdiri kaya orang
biasa.”
GUA PERCAYA!, gua
percaya – percaya aja sama statement itu waktu itu karena memang Aken cukup
gendut waktu itu. Jadi gua Cuma lanjut nanya “Kalo gitu, terus kenapa di copot
pennya?”. “Karena berat dia udah lebih mending sekarang. Jadi dia harus mulai
latihan ngga pakai pen biar kakinya ngga lemah.” Itu jawabannya. Dan waktu itu
semuanya benar-benar masuk akal bagi gua. Setelah itu, pembicaraan itu berlalu
begitu saja.
2 tahun kemudian,
Waktu gua lagi makan bakso di kantin sama Aken. Gua ngga ingat kami ngomongin
apa waktu itu, tapi gua mulai nanya-nanya soal pen di kaki dia 2 tahun yang
lalu. “Waktu itu lu pernah pasang pen kan gara-gara lemak di kaki lu?”. Dan
Aken langsung melotot lihat ke gua, “Ngomong apa sih lu? Lemak apaan?”.
“Lohh... itu loh, 2 tahun lalu lu izin absen sekolah, gara-gara lu mau ke Malay
buat cabut pen. Ingat ngga? Itu gara-gara lemak yang ada betis lu kebanyakan
kan? Sampai lu butuh bantuan pen buat berdiri?”
“Gua jatuh dari
motor GOBLOK! Mana ada orang pasang pen gara-gara kelebihan lemak!”, “Hah,
serius?”. Gua Mindblown banget waktu itu, kaya otak gua meledak di tempat.
Selama 2 Tahun gua percaya kalau kaki Aken itu penuh dengan lemak sampai dia
ngga bisa jalan.
Tapi kalau
dipikir-pikir lagi, kayanya kalau orang lain yang ada di posisi gua. Melihat
keadaan badan Aken waktu itu dan cara ngomongnya Peng. Mungkin semua orang
bakal percaya sama bercandaan itu juga.. atau mungkin gua yang harus stop terlalu
cepat percaya sama orang... -_-“
hahaha. aku juga punya tuh temen yang kayak gitu. antara becanda sama boongnya susah di bedain. pas dia beneran kita anggap dia boong. ada dah orang kayak gini. datar-datar minta gampar. haha
ReplyDeletebtw, kamu kepolosan bro. wkwk
Polos bgt tu org wkwk
ReplyDelete